Forum Panelist Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya Dengan Universiti Utara Malaysia

Kamis, 17 Februari 2022 – Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sriwijaya menyelenggarakan Forum diskusi Panelist secara virtual yang dalam pelaksanaannya menggunakan Zoom meeting dan Live Streaming di Youtube. Kegiatan Forum ini mengungsung tema “Bilateral Dynamics: Crucial Issues In Contemporary Indonesia-Malaysia” yang menghadirkan narasumber:

1.  Associate Prof. Dr. Nazariah Binti Osman – Dean of School of International Studies (SoIS) Universiti Utara Malaysia (UUM)

2. Dr. Siti Darwinda Mohamed Pero – Head of Department International Affairs (INTAFF), Universiti Utara Malaysia (UUM)

3. Sari Mutiara Aisyah, S.Ip., MA – Lecturer of International Relations Universitas Sriwijaya

4. Nurul Aulia S.IP., MA – Lecturer of International Relations Universitas Sriwijaya

Dalam Forum Panelist ini terdapat terdapat sambutan – sambutan, kata sambutan yang pertama disampaikan oleh Bapak Wakil Dekan I Fisip Unsri sekaligus Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fisip Unsri Dr. H. Azhar, SH., M.Sc., LL.M., LL.D. Beliau mengucapkan terima kasih banyak kepada para Pembicara yang sudah berkenan untuk memberikan pemaparan mengenai Dinamika Hubungan Bilateral antara Malaysia dan Indonesia. Beliau juga menyampaikan bahwa Penting bagi para Penstudi Hubungan Internasional Universitas Sriwijaya maupun Universiti Utara Malaysia untuk mengetahui pasang surut yang terjadi antara Hubungan Bilateral dari kedua negara tersebut di masa lalu hingga masa kini. Sambutan yang kedua disampaikan oleh disampaikan oleh Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sriwijaya Prof. Dr. Alfitri, M.Si sekaligus membuka acara Forum Panelist.  Beliau mengucapkan Terima kasih kepada pemateri yang sudah berkenan mengisi Forum Panelist yang diselenggarakan oleh Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Sriwijaya. Beliau juga berharap dengan berakhirnya Forum Panelist ini dapat menghasilkan acara yang berkelanjutan di kegiatan yang akan datang dengan Universiti Utara Malaysia.

Setelah acara pembukaan, kegiatan workshop ini dilanjutkan dengan sesi foto bersama Para Narasumber Panelist, Dekan Fisip Unsri Prof. Dr. Alfitri, M.Si, Bapak Wakil Dekan I Fisip Unsri sekaligus Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fisip Unsri Dr. H. Azhar, SH., M.Sc., LL.M., LL.D, Dosen, Tamu Undangan, Panitia dan para peserta Forum Panelist. Kegiatan ini dipandu oleh MC yang merupakan Dosen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sriwijaya, Bapak Abdul Halim S.Ip., MA. Setelah sesi foto bersama, MC menyerahkan acara kepada Ibu Nur Aslamiah Supli, BIAM., M.SC untuk memandu jalannya Forum Panelist ini hingga sesi Tanya jawab antara narasumber dengan peserta forum.

Diskusi Forum panelist 1 dipaparkan oleh Ibu Prof. Dr. Nazariah Binti Osman, yang dimana pada paparan ini menjelaskan tentang pasang surut Hubungan Bilateral antara Malaysia dengan Indonesia yang terjadi di Masa lalu terutama pada Era kepemimpinan Presiden Indonesia yang pertama yaitu Presiden Soekarno yang sempat mengalami ketegangan dengan Malaysia, dimana pada saat itu Presiden Soekarno memiliki rasa anti Kolonialisme oleh barat terlebih ketika melihat Malaysia mendapatkan Kemerdekaan dari Inggris.  Tetapi kemudian Hubungan yang awalnya memanas ini mengalami penurunan ketegangan pada Era Presiden Indonesia yang kedua yaitu Presiden Suharto yang dimana Presiden Suharto menjadikan Malaysia sebagai Mitra Strategis karena dipercaya bahwa Malaysia akan dapat menjembatani Hubungan Indonesia dengan beberapa kekuatan dari Barat seperti: Australia, Britania Raya, dan Amerika Serikat. Ibu Prof. Dr. Nazariah juga memberikan penjelasan penutup bahwa Dinamika Hubungan Malaysia dengan Indonesia tidak terlepas dari kebijakan luar negeri yang dilakukan Pemimpin negara di masa lampau, sehingga di kemudian hari diperlukan Pemimpin yang mampu membina hubungan yang baik antar kedua negara Seperti Suharto dan Mahathir. Karena Isu yang akan terjadi kedepannya akan lebih kompleks dibanding yang terjadi di masa lalu, isu kompleks yang dimaksud pernah terjadi adalah:  Imigran Illegal, Masalah perbatasan, dan masalah lingkungan.

Diskusi Forum panelist 2 dipaparkan oleh Ibu Dr. Siti Darwinda Mohamed Pero, yang dimana pada paparan ini menjelaskan tentang “Coalition Leadership” antara Malaysia dan Indonesia dalam menjadi penentu masa depan Asean sebagai integritas regional di Asia Tenggara. Malaysia dan Indonesia memiliki peran yang sentral dalam menjadi penggerak ASEAN semenjak ASEAN didirikan. Maka oleh karenanya, Malaysia dan Indonesia sebagai “Coalition Leadership” memiliki 3 kunci yang harus dicapai dari ASEAN seperti: mewujudkan stabilitas perdamaian, pertumbuhan ekonomi, dan kolaborasi. Kedua ini juga sama sama memiliki dasar akan mewujudkan perdamaian dunia, percaya bahwa prinsip non intervensi dari negara luar merupakan perdamaian bagi suatu negara. Hal ini bisa dilihat melalui kesamaan tindakan dalam merespons isu Laut Cina Selatan yang dimana baik Indonesia maupun Malaysia sama – sama berkolaborasi dalam memperkuat keamanan negara akan klaimnya Cina melalui Nine dash line. Lalu, kedua negara jugaterlibat dalam menjadi pihak mediator dengan pemerintah Myanmar guna menengahi kekerasan dalam negeri di Myanmar yang dalam hal ini Isu krisis pengungsi Rohingya. Kolaborasi kompak yang dilakukan berikutnya adalah merespons tindakan diskriminatif terhadap Ekspor Minyak Sawit yang dilakukan oleh Uni Eropa. Sebagai penutup, Ibu Dr. Siti Darwinda Mohamed Pero mengatakan bahwa Coalition leadership antara Indonesia-Malaysia akan menjadi penggerak dalam menentukan arah masa depan ASEAN sebagai integritas regional di Asia Tenggara.

Diskusi Forum panelist 3 dipaparkan oleh Ibu Sari Mutiara Aisyah, yang dimana pada paparan ini menjelaskan Pembangunan berkelanjutan dan kesalingbergantungan antara Indonesia dengan Malaysia dalam sektor Kelapa Sawit. Industri kelapa sawit sebagai komoditas telah memberikan surplus Ekonomi terhadap pembangunan dalam negeri. Tetapi terdapat tantangan yang muncul dari ketergantungan dalam ekspor kelapa sawit ini seperti:  Kebijakan yang dihadirkan oleh Importir yang dalam hal ini Uni Eropa mengatakan bahwa Emisi karbon disebabkan dari Minyak sawit yang diekspor oleh Indonesia, hal yang sama juga terjadi di Malaysia. Sebagai penutup, Ibu Sari Mutiara Aisyah menyebutkan bahwa dalam merespons hambatan yang terjadi ketika membahas ekspor Kelapa Sawit, baik Malaysia maupun Indonesia sama sama mengeluarkan kebijakan dalam Negeri yang tentunya merespons standarisasi yang dibuat oleh Negara Importir terhadap Kelapa Sawit, Namun secara Hubungan Bilateral pada sektor Kelapa Sawit, Indonesia dan Malaysia masih memiliki kelemahan. Sehingga, dibutuhkan adanya interaksi yang sinergis dan kolaborasi bersama dalam Ekspor kelapa Sawit ini.

Diskusi Forum panelist 4 dipaparkan oleh Ibu Nurul Aulia, yang dimana pada paparan ini menjelaskan Kerjasama antara Indonesia dengan Malaysia dalam merespons Covid 19. Sebagai pendahuluan, beliau menjelaskan keamanan non tradisional dan relevansinya dengan pandemi Covid 19 ini. Pada dasarnya, keamanan non tradisional tidak hanya berfokus tentang ancaman militer yang datang dari luar negara, melainkan hadirnya aktor non negara seperti kejahatan transnasional, obat terlarang, terrorisme, dan virus yang dapat menular seperti Covid 19. Isu keamanan non tradisional tidak bisa dicegah sehingga diperlukan adanya kerjasama regional hingga multilateral. Baik Malaysia maupun Indonesia sama – sama memberlakukan kebijakan dalam Negeri guna mengatasi Covid 19 mulai dari melakukan pembatasan sosial, melarang turis asing untuk masuk ke dalam negeri hingga melakukan diplomasi vaksin.  Maka oleh karenanya, Indonesia dan Malaysia melakukan komitmen yang tinggi kedalam kerangka Kerja sama Bilateral hingga Regional yang dalam hal ini ASEAN guna mengatasi Pandemi Covid 19 sebagai isu Non Tradisional yang mengancam keamanan kedua negara. Contohnya adalah menggelar kerja sama dengan ASEAN Plus Three dalam mengatasi Pandemi Covid 19, bantuan kemanusiaan dari Malaysia untuk Indonesia pada tahun 2021, dan membuat Travel Corridor Arrangement (TCA) antara Indonesia – Malaysia.

Berakhirnya pemaparan yang dilakukan dari keempat narasumber pada Forum panelist telah menghadirkan banyak antusias dari peserta untuk bertanya langsung kepada narasumber, namun dikarenakan keterbatasan waktu yang pada akhirnya pertanyaan dari peserta forum haruskan untuk dibatasi.  Setelah sesi Tanya jawab berakhir, Moderator melakukan sesi dokumentasi bersamaan dengan sertifikat kepada keempat pembicara pada forum panelist ini sebagai bentuk cinderamata. Kegiatan Forum Panelist ini bisa dikatakan sukses karena melibatkan sebanyak 200+ peserta yang berasal dari Indonesia maupun Malaysia untuk hadir kedalam forum panelist ini. (nur aslamia)